Rubrik:
Afrika | Kontributor: Tim dakwatuna - 11/09/13 | 08:54 | 06 Dhul-Qadah 1434 H
dakwatuna.com
– Kairo. Dalam situs
egyptwindow.net, hari Selasa (10/9/2013), Dr. Ahmad Samir menulis sebuah
artikel panjang tentang kesalahan-kesalahan Presiden Mursi sehingga menyebabkan
militer melakukan kudeta. Berikut kesalahan-kesalahan beliau:
Pertama, di awal pemerintahannya,
Presiden melakukan kunjungan ke luar negeri untuk menampilkan citra Mesir dan
menarik investasi asing. Negara-negara yang dikunjungi adalah China, Rusia,
Brazil, Pakistan, Afrika Selatan, dan lainnya. Beliau tidak mengunjungi
Amerika, bahkan merencanakannya pun tidak. Hal ini sedikit-banyak memancing
permusuhan Amerika dan Israel. Padahal sejak masa Anwar Sadat, Amerika adalah
negara pendonor utama Mesir.
Kedua, saat terjadi serangan Israel
terhadap jalur Gaza, bulan November 2012, Presiden Mursi langsung mendukung
Gaza dengan menarik dubes Mesir di Tel Aviv dan mengirimkan perdana menteri
masuk ke Gaza. Tindakan Presiden Mursi ini berakhir dengan keputusan Israel
menghentikan serangan dan membuka pintu gerbang perbatasan. Dari sini, semua
pihak menilai Mursi sebagai presiden yang mampu menangani krisis di Timur
Tengah, yang tentunya tidak disukai oleh Amerika dan Israel.
Ketiga, Presiden Mursi bersikeras
melaksanakan programnya mengembangkan Terusan Suez menjadi pusat perdagangan
dunia seperti Dubai dan Singapura, dengan proyeksi income US$ 100 Milyar
pertahunnya. Program ini jelas akan menempatkan Mesir sebagai negara maju
secara ekonomi yang bisa mempunyai sikap politik yang independen. Ini tentu
akan membahayakan kepentingan Amerika di Timur Tengah. Bahaya itu juga akan
menimpa Israel yang masih berambisi menguasai dataran Sinai, sebelah timur
Suez. Selain Amerika dan Israel ada negara Arab yang akan sangat dirugikan,
yaitu Dubai. Dubai adalah wilayah paling miskin sumber minyak di antara 7
wilayah Emirat. Dubai hanya mengandalkan pelabuhannya. Kalau Suez dikembangkan,
Dubai diperkirakan akan hancur 20 tahun mendatang.
Keempat, Presiden Mursi memprogramkan
pembangunan di dataran Sinai yang merupakan 31% dari seluruh wilayah Mesir.
Dana yang dianggarkan untuk tahun 2013-2014 sebesar US$ 4.4 milyar. Beliau juga
membuka kota baru yang dinamakan Fairuz untuk meningkatkan kepadatan penduduk.
Selain itu, ada dua universitas baru yang dibangun. Ketika dataran Sinai
dikembangkan sedemikian rupa, tentu akan memberi wilayah ini kekuatan yang
membahayakan Israel penjajah tetangga Sinai, Palestina.
Kelima, Presiden Mursi memprogramkan
tercapainya swasembada gandum tidak lebih dari 3 tahun masa pemerintahannya.
Mesir adalah negara terbesar pengimpor gandum. Gandum sendiri biasa digunakan
sebagai senjata untuk menekan negara-negara pengimpor. Tercatat impor gandum
Mesir setiap tahunnya mencapai 10 juta ton. Dari angka itu, Amerika mendapatkan
jatah 41.5%, Australia 22.7%, Eropa 12.7% dan Kanada 3.6%. Negara-negara ini
tentu tidak mau kehilangan pasar besar gandumnya.
Keenam, Presiden Mursi mulai membuat
mekanisme pengembangan sistem pendidikan di Mesir, yang mengesampingkan para
sistem dan konsultan Amerika. Pengembangan itu didasarkan kepada norma, akhlak,
kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan negara, dan pasar tenaga kerja.
Diharapkan akan terwujud bangsa yang produktif dan positif. Hal ini tentu tidak
bisa membuat Amerika dan Israel tenang.
Ketujuh, sikap Presiden Mursi dalam
kasus Suriah. Beliau membebaskan visa warga Suriah yang mengungsi ke Mesir,
memperlakukan pelajar Suriah seperti rakyat Mesir sendiri, menarik dubes Mesir
di Damaskus, menutup kedutaan Suriah di Kairo, dan lainnya. Langkah-langkah
berani ini telah membangkitkan kembali peran negara Arab dan Islam dalam
menyelesaikan sebuah kasus dalam panggung internasional. Seakan telah
mengesampingkan peran Amerika. Langkah beliau yang tak kalah mencengangkan
adalah acara “Konferensi Rakyat Mesir untuk Mendukung Revolusi Suriah” yang
mengundang tokoh-tokoh dari dunia Islam. Hal ini cukup membuat gerah Suriah dan
sekutunya (Rusia, China, Iran dan lainnya)
Kedelapan, Presiden Mursi memikirkan
kembali ide berdirinya “G8 Islam”, yaitu organisasi 8 negara besar Islam. Hal
ini dimulai dengan kerja sama ekonomi dan politik yang kuat antara Mesir dan
Turki. Kemudian dilanjutkan dengan kerja sama yang sama antara Mesir, Turki,
Pakistan dan Malaysia. Langkah ini tentu membuat banyak pihak takut dan merasa
tersaingi, takk terkecuali Saudi, Kuwait, Bahrain dan Emirat.
Kesembilan, Presiden salah ketika lebih
memperhatikan pembangunan dan reformasi ekonomi, dan menomor-duakan penguatan
kekuasaannya. Padahal pemimpin yang tidak menegaskan kekuasaannya tidak akan
bisa mendirikan negara. Beliau tidak mereformasi 4 pilar negara, yaitu militer,
kepolisian, kehakiman, dan media. Keempat pilar ini kemudian seakan mendirikan
negara sendiri di luar kekuasaan Presiden Mursi. Terbukalah kesempatan yang
sangat luas bagi sisa-sisa rejim Mubarak untuk membuka jalan kembalinya
kelompoknya.
Kesepuluh, Presiden Mursi terlihat
terlalu dini dalam menampilkan contoh pemerintahan Islami. Padahal belum ada
kekuatan nasional, regional, apalagi dunia yang cukup untuk mendukungnya. Kesalahan
ini cukup mencoreng proyek Islam dengan cara mempublikasikan seluas-luasnya
“kegagalan-kegagalan” beliau dalam memimpin.
Kesalahan-kesalahan
Presiden Mursi di atas telah menciptakan koalisi internasional yang berusaha
menggagalkan pemerintahannya dan berakhir dengan penggulingannya, di saat
Presiden Mursi sedang sibuk dengan hal yang kurang prioritasnya.
(msa/dakwatuna/egyptwindow)
Redaktur:
moh sofwan
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/09/11/39099/10-kesalahan-presiden-mursi-yang-berujung-kudeta/#ixzz2ed75tIEf
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
No comments:
Post a Comment